Langsung ke konten utama

Covid 19 Share it! - Swab Antigen

Setelah konsultasi dengan dokter pada hari ke-3 gejala awal, yang menghasilkan "advice" berupa swab antigen pada hari ke-5, dan dengan mempertimbangkan kondisi ku dirumah yang hanya ada aku, rewang dan 2 balita, maka dokter menyarankan untuk swab antigen home service.

Perbedaan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, dan Swab PCR Test -  Materi Edukasi | Covid19.go.id

Kondisiku hari ke-4 sudah tidak pilek lagi, karena didukung dengan obat dari resep dokter kemarin. Meskipun obat tidak lengkap, karena antibiotik sejuta umat habis dimana-mana (ini barang langka mirip artefak) ^^. Jadi ku-skip saja antibiotik sambil menunggu persediaan dari apotek. Apotek yang bisa delivery service bisa ditemukan di kota besar termasuk Surabaya, mereka menyediakan layanan pesan antar sehingga kita bisa memesan obat dengan melampirkan resep yang dikirim melalui WA. Hal ini cukup memudahkan bagi yang tidak bisa keluar rumah baik karena kondisi maupun yang terkena dampak PPKM. Kebetulan apotek dekat rumah adalah Viva, jadi aku sudah langganan disana tiap kali dapat resep dari dokter. Adminnya gercep dan ramah. Bagi yang ingin layanan apotek delivery service bisa coba mengakses link berikut :

Viva Apotek Microshop 

Selain Viva Apotek, beberapa apotek ternama seperti Kimia Farma dan K24 juga punya layanan delivery service. Jadi jangan khawatir dengan aturan PPKM karena ada beberapa apotek yang bisa mengantar pesanan obat hanya dengan menggunakan ponsel pintar. :)

Selain gak pilek, badanku juga terasa lebih enteng. Dokter meresepkan obat yang mengandung : Vit. D, vit B kompleks, Paracetamol, Acetylcysteine, dan antibiotik. Untuk antibiotik dan variannya masih kosong, jadi skip dulu. Saking langkanya, orang2 menyebut produk antibiotik ini dengan sebutan "antivirus" padahal keduanya sama sekali berbeda. haha. 

Siang harinya, tubuhku mulai ada sedikit perubahan. Tiba-tiba saja aku tidak bisa membau dan merasakan makanan. Kucoba makan manis, asin, pedas, pahit. sama sekali tidak ada respon dari lidah. Aku masih berbaik sangka, biasanya memang orang pilek bawaannya gak bisa membau&merasa. Kulanjutkan hunting klinik yang melayani home service untuk swab antigen, dan kujatuhkan pilihan pada klinik Parahita, alasannya karena dekat rumah & rekanan klinik kantor. Informasi mengenai harga dan administrasinya, bisa dibaca disini :

Layanan Home Service Lab Parahita 

Cukup mudah untuk mendaftar sebagai calon pasien swab Antigen, hanya mengisi data diri sesuai KTP di website, kemudian petugas Lab akan mengkonfirmasi via Whatsapp. Pastikan mengisi nomor WA yang aktif, karena nanti petugas akan mengkonfirmasi pesanan dari sana terkait slot dan jam pemeriksaan. Aku daftar hari Kamis, dan baru mendapat slot di hari Jumat tepat hari ke-5 sejak gejala awal. Pelayanan home service dijadwal jam 07.00-09.00 WIB sehingga kita bisa mengosongkan agenda di rentang jam itu. 

Hari ke-5 sejak gejala awal, Jumat 13 Agustus 2021. Kondisiku masih seperti kemarin, Hilang rasa dan bau. Saturasi 99%, suhu tubuh normal. Oh iya, aku mulai merasa sedikit pusing. Obat dari dokter masih lanjut. Tidak ada persiapan khusus menjelang tes swab Antigen, karena nanti petugas yang akan datang kerumah dan menyiapkan segala sesuatunya. Kita hanya perlu menyiapkan mental saja karena terbayang-bayang bagaimana rasanya hidung dimasuki alat swab sepanjang 10 cm. Tapi tenang saja, gak seseram yang dibayangkan, pinjam istilahnya Rancho Aal iz well... :)

Tepat jam 9 pagi petugas dari Lab Parahita mengetuk pintu rumah, lengkap dengan seragam hazmat full body warna birunya. Setelah menanyakan beberapa hal terkait gejala dan kondisiku, petugas kemudian menyiapkan peralatan swab yang sudah disteril sebelumnya. Aku ingat suami berpesan, pas buka segel alatnya supaya diperhatikan dengan baik, lantaran ada kasus penyalahgunaan alat swab bekas yang digunakan oknum nakes belakangan ini, dan beritanya sempat viral. Jadi aku ijin pada petugasnya untuk mendokumentasikan. Setelah segel peralatan dibuka, aku diarahkan untuk duduk dengan rileks, menatap lurus ruangan dengan mendongak sekira 45 derajat, menghembuskan napas panjang 2x lalu dengan perlahan petugas memasukkan alat swab ke hidung. Gak sakit kok, cuma terasa kurang nyaman saja, diputar 3x sambil berhitung, setelah itu dikeluarkan lagi. Dan, selesai. Cuma itu saja, gak lebih dari 10 detik. Bagi yang takut, saranku bayangkan saja kalian sedang di pantai melihat langit sambil mendengarkan debur ombak. :)

Kemudian, sampel swabku dimasukkan dalam cairan semacam reaktan, dan diteteskan pada indikator seperti test pack. Hasilnya seperti ini :

yang bawah, adalah hasil tes swabku ada 2 garis merah. Artinya kemungkinan besar memang aku terpapar si kecil tak kasat mata :), sementara yang atas 1 garis merah, milik rewangku yang memang diharuskan untuk swab juga karena kontak erat. Untuk anak-anak karena masih balita, tidak direkomendasikan oleh dokter. Mulai dari situ, pikiran udah kemana-mana. Bagaimana kalau nanti aku di suruh isolasi ke RS, bagaimana dengan anak-anak dirumah, siapa yang merawat, dll. Pikiran-pikiran ini justru menguras tenaga dan membuat imun semakin menurun. Sebisa mungkin, apapun hasilnya tetap tenang saja dulu. Berat, tapi pasti bisa. Keep struggle para penyintas! Temukan cara membaca hasil tes swab antigen disini :

Cara membaca hasil tes Swab Antigen dan PCR

Setelah tes swab, hasil resmi belum keluar harus menunggu surat dari Lab dulu yang nanti akan dikirim berupa file PDF ke nomor WA dan surat resminya akan dikirim kerumah melalui kurir. Nah untuk biaya test swab Antigen home service adalah sejumlah Rp. 199.000/orang x 2 = Rp. 398.000 + Rp. 250.000 (biaya home service per alamat) = Rp. 630.000. Totalnya segini ya, hehe mahal sih tapi cukup terbantu karena gak harus keluar rumah dan antre. Puskesmas juga memfasilitasi tes swab antigen, tapi harus daftar dan sabar menunggu. Setelah dapat panggilan, baru kita bisa tes di Puskesmas secara gratis. Tapi pertimbangan kami waktu itu adalah mengurangi interaksi dengan orang luar, selain itu juga repot karena harus membawa 2 balita ke faskes, sehingga akhirnya kami memutuskan untuk home service saja. 

Hasil swab berupa surat resmi dari Lab baru kuterima sore hari, disana tertulis bahwa hasil tes imunologi ku positif terjangkit Sars Cov-2, dengan nilai rujukan seperti dibawah. 

Begitu mendapat hasil resmi dari lab, resmi pula menjadi seorang penyintas, bukan calon lagi. Sambil terus berupaya positif thinking, orang yang pertama kali harus tau hasil tes-ku adalah suami yang kebetulan sekarang lagi on abroad, karena dia yang selalu heboh tanya perkembangan setiap saat. :)

Berikutnya, aku konsultasi dengan dokter dan disarankan untuk segera melapor ke satgas terkait dan Puskesmas untuk selanjutnya akan di data sebagai pasien Covid yang sedang isoman. Awalnya sempat ragu karena banyak peristiwa tidak semulus jalan cerita di novel-novel setelah lapor Puskesmas, ada cerita beberapa teman yang punya pengalaman kurang mengenakkan dengan pihak faskes, satgas, dll. Tapi untunglah dukungan suami disini sangat penting, aku yang sudah tidak bisa lagi berpikir bagaimana sebaiknya, dia yang berusaha mengendalikan keadaan. Hingga akhirnya singkat cerita, malam hari pukul 21.00 WIB kami sudah melapor pada pihak satgas. Dan pesan broadcast untuk pihak-pihak terkait telah selesai. Termasuk data-data yang harus dilengkapi sebagai syarat melapor ke Puskesmas, diantaranya :

1. e-KTP

2. Surat hasil swab resmi dari Lab

kami melapor pada satgas terlebih dahulu, dan pihak satgas yang akan meneruskan ke Puskesmas. Satgas perumahan kami memiliki persediaan Alkes yang sewaktu-waktu bisa digunakan jika diperlukan dan dalam kondisi darurat. Mereka juga membuka layanan 24 jam siaga jika kami memerlukan bantuan. Terimakasih Bapak-bapak satgas atas perhatian dan dukungannya. Sejak malam itu, hp tidak pernah berhenti berbunyi, pesan dan telpon terus mengalir hingga larut malam. Semua memberikan motivasi dan dukungan. Jadi, bagi para penyintas, jangan takut untuk melapor. Jangan khawatir merasa ditinggalkan karena terpapar Covid bukan suatu aib seperti terkena santet atau pelet. Semesta akan mendukungmu. :) 

jadi yang harus dilakukan saat tahu kalau terpapar Covid :

1. Tetap tenang

2. Lapor satgas setempat

3. Lapor Puskesmas (ini wajib ya, untuk mendukung data pemerintah)

4. Sebisa mungkin konsultasi dokter untuk mendapat resep sesuai gejala&keluhan (masing-masing orang berbeda), jangan beli obat sendiri sebelum konsultasi dengan dokter.

5. Menghitung hari isoman, penting dilakukan untuk menentukan swab berikutnya. Selain itu juga untuk mengamati setiap perubahan gejala & keluhan. Karena si virus ini bisa bertumbuh dan berkembang, gejalanya pun bisa berubah setiap hari, karena itu tim satgas dan puskesmas terus memantau. 

Lanjut besok lagi yaa... Sehat2 semuanya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-usuL Hajar Aswad

Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya  Ismail a.s. membangun Ka'bah, mereka merasa ada banyak kekurangan di dalamnya. Pada mulanya Kaabah itu tidak mempunyai ruang dan pintu masuk. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail menyempurnakan bangunannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.