Langsung ke konten utama

COVID 19 Share it! - Gejala Awal

Tahun 2021 adalah tahun penuh kejutan. Kali ini, kami harus bersapa dengan si mungil tak kasat mata. Mau tak mau giliran itu telah tiba. Seperti dapat arisan. hehe

People Fight With Coronavirus Cartoon Character Man And Woman Attack Covid19  Children And Protection Against Viruses And Bacteria Healthy Lifestyle  Concept Isolated On White Background Stock Illustration - Download Image  Now - iStock

Tanggal 8 Agustus 2021, hari Minggu malam aku begadang karena anak pertama kami (Yasa, 5tahun) mual dan muntah. Selang waktu 4 jam dia muntah 8x, awalnya mengeluarkan isi makanan, muntah berikutnya hanya cairan kuning saja. Karena posisi sudah di jam 23.00 WIB dan dirumah hanya ada aku dan anak2, jadi sebisa mungkin mencoba untuk tenang. Namun aku sudah berencana akan membawa-nya ke IGD kalau jam 24.00 belum membaik. 

Untuk meredakan mual, kubuatkan dia teh hangat sedikit gula (karena kalau pahit dia gak suka). Setiap kali habis muntah kusuruh minum teh hangat/air putih untuk mengganti cairan tubuhnya. Sesekali kuolesi minyak telon, saat itu persediaan minyak kayu putih & tolak angin anak habis, aku berusaha sebisaku dengan memanfaatkan apapun yang ada dirumah. Kuperhatikan anaknya gak lemas, masih bisa diajak ngobrol dan menceritakan apa yang dia rasakan. Sambil terus kupantau suhu tubuhnya. Menjelang tengah malam, dia sudah tidak muntah lagi, tapi suhu tubuhnya mulai naik. Demam dengan kisaran suhu 37 - 37.6 C, kukompres dia dengan bye Fever bayi. Alhamdulillah bisa tidur nyenyak sampai pagi, meskipun sempat beberapa kali ngigau. Tapi aku sudah jauh lebih tenang. Ohya, di sela minum teh hangat, aku juga meminuminya oralit 1 sendok teh. Oke waktunya istirahat, jam sudah menunjukkan pukul 02.00 WIB dini hari. 

Subuh aku bangun, alarm jam 05.00 WIB berbunyi. Mulailah dari sini perjalanan sebagai penyintas dengan gejala awal. Tak seperti biasa, pagi itu hidungku mampet sebelah dengan kepala sedikit pusing. Tapi aku masih belum berpikiran jauh, kuanggap karena semalam begadang jadi mungkin hanya efek terlalu capek atau ngantuk. Sebelumnya juga sudah biasa begadang karena aku punya balita usia 2tahun yang masih ASI (baca : extended breastfeeding, kuceritakan di lain kesempatan ya ^^). Fokusku hanya ke Yasa waktu itu, kuperiksa kondisinya, suhu tubuh normal, saturasi oksigen 99%. Alhamdulillah dia sudah membaik, jadi kuberi waktu lebih untuk istirahat. Karena biasanya pagi-pagi sudah kubangunkan, ada jadwal tadarus bersama teman-teman, kali ini skip dulu. hehe

Kembali ke hidungku yang mampet, aku mulai berpikir untuk menghitung hari dengan menandai setiap perubahan yang terjadi. Kuukur suhu badanku normal, berkisar di angka 36,5 C dengan saturasi oksigen 99%. Catatan : memiliki termometer dan Oximeter disaat pandemi memang penting sih, paling tidak untuk mengetahui kondisi diri sendiri supaya gak diserang panik. Dengan mengetahui angka saturasi, kita jadi tau kapan harus mengambil tindakan darurat. Bagaimana cara kerja Oximeter bisa dibaca disini ya :

Cara membaca Oximeter dan cara meningkatkannya 

Jadi tanggal 9 Agustus 2021 kutandai sebagai hari pertama gejala awal, sambil memantau saturasi dan suhu badan, kuselingi dengan olahraga ringan dan berjemur di jam 09.00 WIB pagi. Gak lama sih, sekitar 15 menit saja cukup, suhu udara Surabaya 32 C sudah cukup membuat hangat xixixixi. Tapi yang perlu digaris bawahi adalah bahwa gejala setiap orang berbeda, tergantung kondisi masing-masing ya. Jadi tulisan ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan untuk semua orang, hanya untuk sharing pengalaman saja. Keep struggle para penyintas, kalian gak sendiri! :)

Berikutnya hari ke-2, masih tetap sama dengan kemarin, pilek berlanjut ditambah pusing. Karena pusing ini tak bisa diukur, maka aku masih berbaik sangka bahwa ini adalah flu biasa. Kulihat anak-anak aman, tidak ada keluhan. Untuk menyegarkan badan, aku minum jahe merah hangat + madu. Minuman ini bisa membuat suasana hati jadi baik terlepas dari khasiatnya sebagai obat herbal. Kamu bisa membaca khasiat jahe merah disini :

Manfaat Jahe Merah untuk Kesehatan 

Suhu badan masih normal, berkisar di angka 36.5 C. Oke berarti tidak demam, juga karena aku sedang menyusui jadi gak berani minum obat macam-macam tanpa konsultasi dokter terlebih dahulu. Kucoba terapi dengan minum jahe hangat saja. Berharap semoga pileknya lekas reda. 

Hari ke-3, ternyata pilek tak juga reda. Meskipun sudah terapi minum jahe hangat + madu, makan enak-enak, minum air putih yang banyak. Pileknya seakan terhenti di tenggorokan. Baiklah, kini saatnya konsultasi ke dokter. Dari sini mulai menyiapkan hati dan pikiran untuk menerima segala hasil , kemungkinan skenario terbaik atau terburuk. Bismillah.

Setelah konsultasi dengan dokter klinik tempatku bekerja, kebetulan dokter kami merangkap sebagai satgas Covid 19 di satuan kerja sehingga beliau sudah punya SOP bagaimana menanggapi keluhan dari pasien yang dimungkinkan terjangkit Covid. Hasilnya, aku diresepkan beberapa obat yang bisa dibeli di apotek (harganya lumayan, 350k-an sekali resep ^^) dan di-advice untuk melakukan swab antigen hari ke 5 sejak gejala awal dengan rentang hari antara 5-7. Bagi yang ingin tau alasannya mengapa harus swab pada rentang hari itu, bisa dibaca disini :

Kapan harus tes Swab Antigen? 

Baiklah... mulai dari sini, perjalanan sebagai calon Penyintas Covid dimulai. Lanjut besok ya.. Semoga semuanya sehat selalu. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-usuL Hajar Aswad

Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya  Ismail a.s. membangun Ka'bah, mereka merasa ada banyak kekurangan di dalamnya. Pada mulanya Kaabah itu tidak mempunyai ruang dan pintu masuk. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail menyempurnakan bangunannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.