Langsung ke konten utama

Covid 19 Share it! - Isoman H10-11 (Cytokine storm?)

Isoman hari ke-10, Senin 23 Agustus 2021 dimulai dengan pagi yang luar biasa. Bangun tidur setelah mengalami batuk kering, aku memeriksa saturasi dan layar Oximeter menunjukkan angka 85%. Ada apa ini?

Semalam aku batuk ringan, rasanya seperti waktu tidur kemudian tiba-tiba tersedak. Tak ada yang aneh kalau kamu bukan dalam kondisi isoman. Aku tak mencurigai apapun. Saat angka saturasi turun, kubuat duduk untuk menenangkan diri. Melatih pernapasan sambil terus memantau saturasi dengan Oximeter. Alhamdulillah perlahan saturasi naik sampai angka 97%. Berikutnya aku keluar rumah untuk mencari udara segar. Lumayan bisa untuk merefresh pikiran.

Berikutnya dokter klinik tempatku bekerja mengirim pesan singkat lewat WA, bertanya tentang perkembangan kondisiku. Kuceritakan yang kualami dengan narasi singkat, dan dengan pertimbangan angka saturasi yang turun, dokter menyarankan untuk melakukan tes Darah Lengkap (DL), D-dimmer, Swab PCR, dan Scan Thoraks. Aku tidak kaget, karena aku telah membahas hal ini dengan suami. Sehingga aku sudah siap dengan segala kemungkinan terbaik atau terburuk. Baiklah... Bacaan tentang tes-tes yang kulakukan bisa ditemukan disini :

Pemeriksaan Laboratorium untuk Pasien Covid  

Jika kamu suka membaca, riset tentang pemeriksaan darah pada pasien Covid masih berlanjut :

Penelitian Pola Hasil Pemeriksaan DL pada Pasien Covid 

Siang pukul 10.00 WIB aku sudah mendapat surat pengantar untuk 4 tes laboratorium dari dokter. Aku menghubungi Lab yang dituju. Aku memilih Lab Parahita, karena kemarin aku tes swab antigen disana. Memudahkan untuk mengetahui rekamedis sebelumnya. Aku membuat janji dengan petugas Lab, kujelaskan kondisiku sebagai pasien Covid yang masih menjalani isoman hari ke-10. Petugas menjelaskan beberapa hal terkait prokes dan alur pemeriksaan, setelah itu aku dipersilahkan untuk datang. Informasi tentang pemeriksaan di Lab Parahita bisa diakses disini, ada beberapa tes yang tidak dicantumkan :

Informasi layanan Covid Lab Parahita 

Aku berangkat dari rumah pukul 10.30 WIB dan memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di lokasi. Jalanan Surabaya masih ramai seperti biasa, namun tidak macet. Selanjutnya aku dilayani oleh admin lab dan diberi penjelasan terkait administrasi dan alur pemeriksaan. Tak lama, karena aku sudah janjian lewat WA sebelumnya. 10 menit kemudian, aku diarahkan untuk menuju ruang pengambilan sampel darah. Petugas ramah dan ber-hati2, mereka punya trik khusus untuk mengatasi rasa khawatir bagi yang takut jarum suntik atau fobia darah. Jangan khawatir :)

Pengambilan sampel darah selesai, tak lebih dari 3 menit. Ada 2 sampel darah yang diambil, 1 untuk hematologi (DL), 1 untuk d-dimmer. Berikutnya aku diarahkan ke ruang khusus swab PCR. Disana sudah ada 1 petugas yang menunggu dengan mengenakan APD tingkat 3, full hazmat termasuk masker dan face shield-nya. Semua petugas pemeriksaan menggunakan perlengkapan yang sama. Swab PCR dilakukan dengan pengambilan 2 sampel swab, hidung dan tenggorokan. 2 menit selesai. 

Berikutnya adalah rontgen Thorax, aku diberi pakaian khusus untuk melakukan foto. Pakaian yang hanya digunakan untuk 1 pasien. Lalu petugas memberi arahan untuk berdiri di depan mesin scan. Dengan posisi kepala sedikit mendongak, petugas mengambil foto saat aku menarik napas panjang. 1 menit selesai. Pemeriksaan panorama berupa Rontgen Thorax penting untuk mengetahui kondisi paru-paru saat seseorang dinyatakan positif Covid. Karena si virus kecil ini suka bermain disana. Bacaan tentang pentingnya Rontgen Thorax, bisa dibaca disini :

Pentingnya Rontgen Thorax bagi Pasien Covid 19 

Mengenai biaya pemeriksaan, aku mendapat support 50-50 dari institusi, dan mendapat diskon 25% karena rekanan dengan tempat kerja. Rinciannya sebagai berikut :

- Swab PCR = Rp. 560.000 (tarif baru sejak ada himbauan dari Presiden, berita terkait bisa dibaca disini : Tarif tes PCR terbaru Kemenkes)

- Tes Darah Lengkap (DL) / Hematologi = Rp. 143.000,-

- D-dimmer = Rp. 935.000,-

- Thorax PA = Rp. 314.000,-

Cukup lumayan untuk tes Lab Covid ini, terutama D-dimmer. Tes ini diperuntukkan khusus bagi pasien yang diindikasikan mengalami pembekuan/penggumpalan darah. Informasinya bisa dibaca disini :

Pemeriksaan D-dimmer bagi Pasien Covid 19 

Malam hari, aku mendapat hasil tes darah. Dokter mendiagnosis bahwa darahku aman, semua dalam rentang angka rujukan. Hanya 2 variabel saja yang diluar rentang, eosinofil (dibawah rujukan) dan Monosit (diatas rujukan). Mengapa bisa begitu, bisa dibaca disini :

Penyebab Eosinofil Rendah 

Penyebab Monosit Tinggi 

Berikutnya aku dihimbau untuk melaporkan angka saturasi secara berkala pada dokter. Sambil menunggu hasil tes Thorax dan PCR esok hari.

Isoman hari ke-11, Selasa 24 Agustus 2021. Keluhanku masih anosmia 30%. Aku mulai bisa membau dengan sedikit rentang waktu di awal. Pagi hari aku diijinkan untuk rehat oleh atasan, karena hari ini ada jadwal sidang. Aku fokus dengan pemeriksaan lab. Hasil tes PCR telah kudapatkan pada jam 10.00 WIB, hard copy dikirim ke kantor sehingga aku hanya mendapatkan soft file-nya saja. Hasil pemeriksaan bertuliskan keterangan "Negatif". Alhamdulillah, akhirnya si makhluk kecil tak kasat mata sudah pergi dari tubuh. ^^

Siang harinya pukul 12.00 WIB hasil rontgen Thorax keluar dan kukirimkan ke dokter. Dokter memeriksa dan mendiagnosis bahwa paru-paruku aman. Tidak ada indikasi terjadi kelainan. Bersyukur untuk ke-3 kalinya. ^^

Berikutnya, atas saran dokter aku memasuki tahap observasi pasca Covid sampai 10 hari setelah dinyatakan negatif. Aku dihimbau untuk terus memantau angka saturasi, dan temperatur tubuh setidaknya 5x sehari. Vitamin D dan Zinc masih dilanjutkan. Isoman digenapkan sampai hari ke-14. Masker bisa dilepas didalam rumah. Tetap melakukan aktivitas berjemur, dan menerapkan protokol kesehatan ketat saat berinteraksi dengan orang lain. Mengapa harus ada observasi pasca Covid? Hal ini disebabkan hari sebelumnya angka saturasi sempat turun, sehingga dokter langsung tanggap mengarahkanku untuk tes D-dimmer dan rontgen Thorax sebagai langkah persiapan dan preventif adanya gejala "Cytokine storm". Bacaan tentang badai sitokin bisa ditemukan disini :

Bahaya Badai Sitokin pada Penderita Covid19 

Berikutnya tentang kemampuan membau-ku yang belum pulih sepenuhnya. Makanan manis terasa tawar/pahit, makanan tawar terasa asin, makanan asam terasa pahit, dan pedas seperti mint. Aku sudah melakukan terapi sesuai anjuran dokter. Tapi ketidaksesuaian indra perasa ini menggangguku. Aku berdiskusi dengan suami, dan dia memberiku wawasan tentang "Kabut Otak" yang sekarang masih dalam penelitian. Bisa dilihat di link berikut :

Kabut Otak sebagai Gejala Covid 19 

Perjalanan belum usai, terlalu dini untuk euforia. Bersyukur secukupnya, dan berupaya sepenuhnya. Jangan lengah karena telah melalui masa positif. Semua masih harus diwaspadai, terus menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran dan memeriksa saturasi secara rutin. Berpola hidup sehat dan teratur. Olahraga ringan secukupnya. Intinya, pandemi belum usai. Selamat, karena aku sudah mendapat predikat alumni Covid. Sekaligus bisa menjadi pendonor konvalesen. Golongan darahku O. ^^

Besok masih lanjut isoman hari  ke12-14. Keep struggle!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-usuL Hajar Aswad

Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya  Ismail a.s. membangun Ka'bah, mereka merasa ada banyak kekurangan di dalamnya. Pada mulanya Kaabah itu tidak mempunyai ruang dan pintu masuk. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail menyempurnakan bangunannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.