Langsung ke konten utama

HANAFI

HANAFI

Hanafi, alangkah indahnya kehidupan di sini
Sebab ia seperti kesucian hati penyair yang di penuhi oleh kehidupan
Janganlah kasihani aku, dan janganlah engkau bersedih untukku
Karena jiwa yang telah menyaksikan bayang-bayang Tuhan
Tidak pernah menatap pendar cahaya surga
Tak akan terpejam oleh duka derita dunia
Cintanya penuh dengan kedamaian seperti damainya alam
Dia tak memiliki alasan untuk menyesuaikan diri denganmu
Tidak pula memberi pilihan untukmu
Engkau hanya melihat kenyataan seperti alam
Engkau nyata dan Dia juga nyata
Ketika tangan kehidupan terasa berat dan malam tak berirama
Inilah saatnya untuk berdoa dan berharap
Aku minta padamu, wahai sahabatku
Atas nama cinta yang mengikat jiwa-jiwa kita
Dan atas nama semua yang mengasihimu dalam hidup ini
Hanafi, Demi rahasia-rahasia hatimu
Maafkan aku sahabatku, karena aku telah memanggil engkau sebagai “engkau”
Bagiku engkau adalah sisi terang yang hilang
Ketika kita meninggalkan tangan Tuhan pada saat yang sama
Sekarang engkau mulai menggubah puisi dari roda kehidupan
Membentuk dari pikiran-pikiran masa lalu untuk mazmur
Di sinilah engkau mulai menerjemahkan prosa kehidupan ke dalam himne dan lagu pujian
Di sinilah engkau menyiapkan cadar, dan menerangi lekuk-lekuk hati
Menciptakan puncak kebahagiaan kala sukma menyembah Ilahi
Doamu telah menjadi sebuah lingkaran cahaya yang awal dan akhirnya tak berkesudahan
Lingkaran cahaya itu mengelilingi setiap makhluk dan meluas dengan perlahan memeluk semua yang hidup
Aku berangkat, sahabatku, dengan kumandang perahu doamu
Dan aku akan kembali padamu dengan doa diatas pundakmu
Karena Ishtar yang agung akan menghidupkan kembali insan pecinta yang berangkat ke Keabadian
Sudah cukup bagiku untuk berjalan disampingmu ke puncak harapan
Dan berkata, “Kaulah kawanku, kaulah sahabatku"

Lirboyo, 15 Rabi’ul Awal 1431 H
-AeC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-usuL Hajar Aswad

Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya  Ismail a.s. membangun Ka'bah, mereka merasa ada banyak kekurangan di dalamnya. Pada mulanya Kaabah itu tidak mempunyai ruang dan pintu masuk. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail menyempurnakan bangunannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.