Langsung ke konten utama

3rd Anniversay

Gak terasa sudah 3 tahun si chabi menemani perjalananku. Banyak hal yang sudah terjadi dan terlalui. Kalau saja aku punya catatan pribadi, pasti sudah penuh dengan tulisan-tulisan tentangmu. Namun memang sengaja hal itu tak kulakukan, kisahmu hanya bermakna jika kulukiskan dalam prosa-prosa, sajak-sajak, dan syair-syair.

Kalau melihat perjalanan 3 tahun yang lalu, dimulai dari "road to Kediri", kota kelahiranku, jauh berbeda dengan sekarang. Aku yang terbiasa dengannya setiap hari, kemanapun selalu bersama, untuk tahun ke-3 ini, semuanya berbeda. Aku masih ingat ketika pilihan itu harus menempatkanmu diurutan kedua. hoaaahhhmm... ngantuukk... nanti dilanjut lagi deh.. tidur duluuu

Kelamaan tidurnya... (_ _")
Si chabi lagi apa yaa... Semoga baik-baik saja, semoga kuliahnya baik-baik saja. Tahun ke-3 ini banyak sekali peristiwa yang mengharuskanku untuk mengorbankan sesuatu yang penting, bahkan sangat penting. Walaupun hidup adalah perjuangan, namun masih terasa berat diawal, harus bisa adaptasi dengan segala yang terjadi.

Aku dan dia, bukan seperti pasangan pada umumnya. Itu kalau aku berkaca dari kerangka acuan hubungan manusia secara general. Unik. Mulai dari kebiasaan-kebiasaan yang meskipun beda tapi tetap saling melengkapi. Sampai debat kusir yang ujung-ujungnya tetap saling memaafkan. Jika orang lain sering jalan bersama, bercanda satu sama lain, atau bergandengan tangan, sampe bertengkar sambil mengeluarkan kata kotor dan sumpah serapah dijalan, ah itu umum. Sekali lagi, aku dan dia berbeda, segala sesuatu selalu dilakukan dengan cara yang unik. Mulai dari kebiasaan berdoa sebelum makan, kebiasaan hibah nasi dan lauk, sampe shalat jama'ah di masjid. Bagiku itu semua luar biasa. :)

Kebiasaannya menungguku di bawah, sampai membuat iri teman yang lain. Juga kebiasaan-kebiasaan yang lain, yang menjadikanku selalu berada dalam skala prioritasnya. Ah, aku tidak bisa mengatakan kalau dialah yang paling pantas untukku, tapi selama aku bersamanya, aku bisa menjadi diriku sendiri, aku bisa menikmati waktuku, aku bisa menjadi apapun yang aku inginkan.

Sering aku heran dengan teman sendiri, yang menjalani hubungan dengan someone specialnya hanya dalam waktu singkat. Apakah hati bisa semudah itu berpindah ke hati yang lain? Apa mereka berpikir bahwa memiliki banyak hati itu sesuatu yang hebat? Tidak. Bagiku itu salah besar. Selama ini aku tidak pernah berpikir sejauh itu sampai harus berpindah hati. Karena hati hanya satu dan tidak untuk dibagi. Jika aku sudah memutuskan sesuatu, maka tanggungjawabku adalah dengan Tuhan. Bukankah sudah ada contoh yang harus diteladani? (Oke cukup, ini gara2 cerita seorang teman yang kebanyakan gebetan sampe dia sendiri bingung mau pilih yang mana :D ).

Hubunganku dengan dia seperti pusaran arus laut. Meskipun tenang, namun energinya mampu memutar turbin dan menggerakkan generator. Dan daya yang dihasilkan mampu untuk menerangi semua bagian di daratan. Inilah yang kusebut OLPP. Kedekatanku dengannya bukan sesuatu yang bisa didefinisikan. Bukan sebuah istilah yang bisa dicari artinya dalam KBBI. Bukan sebuah majas personifikasi maupun metafora. Tapi dia lebih pada sesuatu yang maknanya bisa dirasakan secara langsung. Bisa dicari kekhidmatannya. Bisa direnungkan kekhusyu'annya. Dan bisa diamalkan manfaatnya. Aku dan dia adalah sebuah ketersesuaian yang tidak beralasan. Namun memiliki tujuan yang pasti.

Aku suka. Aku suka. Aku suka dengan semua yang dia berikan. Aku suka dengan semua yang dia ajarkan padaku. Secara tidak langsung, ada beberapa hal dalam diriku yang telah mengalami penyesuaian dengannya. Termasuk salah satunya adalah berkurangnya sikap idealis dan egoisku. haha tapi meskipun begitu maunya masih juga menang sendiri. Dan dialah yang mencoba untuk mengerti. Terimakasih untuk semuanya chabi. Aku suka engkau bersamaku. Aku suka untuk semua waktumu. Dan aku suka karena telah dipilih untuk menjadi salah satu bagian dari hatimu.

Suatu hari nanti, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Sesuatu yang belum pernah kukatakan pada seorangpun. Jika masa itu tiba. Aku pasti mengatakannya. Bersabarlah denganku. Karena kau adalah harta berharga bagiku.

Surabaya, 180913 18:37 PM
AeC

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-usuL Hajar Aswad

Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya  Ismail a.s. membangun Ka'bah, mereka merasa ada banyak kekurangan di dalamnya. Pada mulanya Kaabah itu tidak mempunyai ruang dan pintu masuk. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail menyempurnakan bangunannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.